25 Sep 2012

WOSS SENJATA BISA MAKAN TUAN



CORETAN SANG PEMIMPI
Dua belas tahun lebih menggeluti tentang Pengembangan masyarakat pinggiran, atau masyarakat kurang berdaya  Masyarakat sekitar hutan. ibarat kondangan yang lain dapet berkat ada pula yang hanya dapet janji. 
Perhutani Dengan Jarkonnya PHBM Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat itu katanya merupakan bagian dari sistem  pengelolaan hutan, tapi mana sekarang semakin “mlempem"

justru semakin sibuk saling mendepak berebut berkat yang tentu malati. Akankah PHBM menjadi arti (Perkataan Hitam Berharap Manis). Selama mendampingi PHBM dapat banyak pengalaman juga bersama suka dan dukanya, memang kita harus kuat dan tahan untuk membangun mental dan memunculkan potensi mereka pada umumnya bangsa kita sendiri, agar suwatu saat nanti mereka menjadi berdaya pada dirinya sendiri, dukanya ada beberapa lembar dari mereka oknum pengurus MDH Masyarakat Desa Hutan yg kurang terpuji menjadi menghambat, kadang kita berniat tulus untuk anak bangsa ini di lain sisi ada yg menggunakan kesempatan karena mencium bau harum janji manis dari beberapa instansi, ada juga suwara sumbang ataupun sifat yg kurang bersahabat ditujukan pada kami. mungkin hanya karena mereka mempunyai sedikit atau banyak kepentingan x, dan tak jarang kita menjadi sasaran tembak mereka yg usil, tentu bukan semua LMDH yg bagus lebih banyak, bagi kami semua itu adalah tantangan. MDH Masyarakat Desa Hutan adalah salah satu contoh dari sekian yg harus diperhatikan, dari sekian banyak daftar yg termasuk kreteria masyarakat yg kurang beruntung juga kurang berdaya,  baik dari segi ekonomi, tingkat pendidikan SDM, tingkat kesehatan dan daya beli yg rendah /IPM.

Masyarakat desa hutan pada umumnya mempunyai akses dengan hutan yang sangat tinnggi untuk memenuhi kehidupannya. Pendek kata jika pengelolaan hutan di pulau jawa masih ingin berlanjut dan lebih baik, tiada kata tidak PHBM itulah sarana yg arip terbaik dan tidak meninggalkan kearifan lokal.  Memang selama ini masih ada beberapa lembar oknum' dari manapun asalnya yg berkesan  sengaja mengulur waktu atau menutup mata kepada PHBM, atau perlahan-lahan membangun persepsi tertentu  meninggalkan ruh" jiwa PHBM oleh karena mereka yg pandangan atau pola pikirnya rada koplak” kena penyakit kedonyan atau memang pola fikirnya belum sampai, tapi bukan berarti itu mewakili suwara mayoritas” pesanggem/KTH atau MDH dan disinilah sumber dari kearifan local yg sesungguhnya. Tapi mereka sulit dijangkau karena rumah tinggalnya yg berpencar.



Marilah sejenak kita merenung' akan mungkinkah di zaman seperti ini hutan akan kembali lestari jika masih dengan pola pengelolaan seperti masa lalu. saya kira itu hanyalah suwatu gagasan yg tak relefan untuk dipertahankan, apa lagi hanya mengandalkan cara-cara instan seperti prefentipisasi. cobalah terima kenyataan di era masa kini bukankah populasi jumlah penduduk meningkat tiap tahun, dan lapangan kerja semakin sempit, sementara lahan pertanian tidak mungkin bertambah, itulah masalah yg mendasar dan marilah beberapa derajat menengok bukankah di kanan kiri tanah kawasan hutan sudah banyak yg tumbuh tanaman pertanian, jagung padi dll.

Memang negara mempunyai otoritas penuh atas kawasan hutan dengan segala urusanya, akan tetapi negara juga punya kuwajiban yg kusus juga tentang hak-hak masyarakatnya untuk memperoleh kehidupan yg layak UUD 1945. Akankah negara baru akan turun tangan ketika rakyatnya sudah kelaparan atau menjadi hinaan di negeri orang sebagai TKI,  atau mungkin bangga menjadi peng expor TKI.
Yang menempati kolong jembatan di Jedah Arab saudi.
BABLAS JUGA KEBABLASAN "SALAH KAPRAH temenan" 

HATI HATI SENJATA MAKAN TUAN