CORETAN SANG
PEMIMPI
Dua belas tahun lebih menggeluti tentang Pengembangan
masyarakat pinggiran, atau masyarakat kurang berdaya Masyarakat sekitar hutan. ibarat kondangan
yang lain dapet berkat ada pula yang hanya dapet janji.
Perhutani Dengan Jarkonnya PHBM Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat itu katanya merupakan bagian dari
sistem pengelolaan hutan, tapi mana
sekarang semakin “mlempem"
justru semakin sibuk saling mendepak berebut
berkat yang tentu malati. Akankah PHBM menjadi arti (Perkataan Hitam Berharap Manis). Selama mendampingi PHBM dapat banyak
pengalaman juga bersama suka dan dukanya, memang kita harus kuat dan tahan
untuk membangun mental dan memunculkan potensi mereka pada umumnya bangsa kita
sendiri, agar suwatu saat nanti mereka menjadi berdaya pada dirinya sendiri,
dukanya ada beberapa lembar dari mereka oknum pengurus MDH Masyarakat Desa
Hutan yg kurang terpuji menjadi menghambat, kadang kita berniat tulus untuk
anak bangsa ini di lain sisi ada yg menggunakan kesempatan karena mencium bau
harum janji manis dari beberapa instansi, ada juga suwara sumbang ataupun sifat
yg kurang bersahabat ditujukan pada kami. mungkin hanya karena mereka mempunyai
sedikit atau banyak kepentingan x, dan tak jarang kita menjadi sasaran tembak
mereka yg usil, tentu bukan semua LMDH yg bagus lebih banyak, bagi kami semua
itu adalah tantangan. MDH Masyarakat Desa Hutan adalah salah satu contoh dari
sekian yg harus diperhatikan, dari sekian banyak daftar yg termasuk kreteria
masyarakat yg kurang beruntung juga kurang berdaya, baik dari segi ekonomi, tingkat pendidikan
SDM, tingkat kesehatan dan daya beli yg rendah /IPM.
Masyarakat desa hutan pada umumnya mempunyai
akses dengan hutan yang sangat tinnggi untuk memenuhi kehidupannya. Pendek kata
jika pengelolaan hutan di pulau jawa masih ingin berlanjut dan lebih baik,
tiada kata tidak PHBM itulah sarana yg arip terbaik dan tidak meninggalkan
kearifan lokal. Memang selama ini masih
ada beberapa lembar oknum' dari manapun asalnya yg berkesan sengaja mengulur waktu atau menutup mata
kepada PHBM, atau perlahan-lahan membangun persepsi tertentu meninggalkan ruh" jiwa PHBM oleh karena
mereka yg pandangan atau pola pikirnya rada koplak” kena penyakit kedonyan atau
memang pola fikirnya belum sampai, tapi bukan berarti itu mewakili suwara
mayoritas” pesanggem/KTH atau MDH dan disinilah sumber dari kearifan local yg
sesungguhnya. Tapi mereka sulit dijangkau karena rumah tinggalnya yg berpencar.
Marilah sejenak kita merenung' akan
mungkinkah di zaman seperti ini hutan akan kembali lestari jika masih dengan
pola pengelolaan seperti masa lalu. saya kira itu hanyalah suwatu gagasan yg
tak relefan untuk dipertahankan, apa lagi hanya mengandalkan cara-cara instan
seperti prefentipisasi. cobalah terima kenyataan di era masa kini bukankah
populasi jumlah penduduk meningkat tiap tahun, dan lapangan kerja semakin
sempit, sementara lahan pertanian tidak mungkin bertambah, itulah masalah yg
mendasar dan marilah beberapa derajat menengok bukankah di kanan kiri tanah
kawasan hutan sudah banyak yg tumbuh tanaman pertanian, jagung padi dll.
Memang negara mempunyai otoritas penuh atas
kawasan hutan dengan segala urusanya, akan tetapi negara juga punya kuwajiban
yg kusus juga tentang hak-hak masyarakatnya untuk memperoleh kehidupan yg layak
UUD 1945. Akankah negara baru akan turun tangan ketika rakyatnya sudah
kelaparan atau menjadi hinaan di negeri orang sebagai TKI, atau mungkin bangga menjadi peng expor TKI.
Yang menempati kolong jembatan di Jedah Arab
saudi.
BABLAS JUGA KEBABLASAN "SALAH KAPRAH
temenan"
HATI HATI SENJATA MAKAN TUAN